SASTERA

Wabak di Kota

12 Jan 2019, 3:31 AM
Wabak di Kota

Pada kaca jendela sebuah rumah desa

seorang budak menghembus nafasnya;

kaca jendela lalu mengabur –

dia melukis dua titik mata

dan selengkung senyum.

Dua gerombolan beruk berkelahi

dalam kotak tivi di ruang tamu

ayah memegang alat kawalan jauh

seperti memegang pisang

menyuakan ke beruk-beruk

ternyata, beruk di kota

lebih menggemari kuasa.

Kata ayah

kota adalah kediaman

para primat berpenyakit

di sana, mereka tidak lagi

memahami belantara tetapi batu-bata

masing-masing keras bersuara tetapi tuli

banyak menjamah sampah melebihi buah

banyak makanan, tak pernah kenyang

banyak bekalan, tak pernah senang.

Kata ibu

lambat-laun

musim akan menghembus wabak itu

ke pinggir desa, ke kediaman kita

kita akan dijangkiti tanpa disedari:

tiba-tiba punya keinginan-keinginan aneh

yang tak pernah diperlukan

kau anakku, akan meradang di jalanan

meminta sesuatu yang tidak kaufahami

mengangkat sepanduk amarah

dan memecahkan cermin-cermin kehidupan.

Shafiq Said