SASTERA

Cerita Kota 5

22 Jul 2018, 3:00 AM
Cerita Kota 5

Hujan memberati dua pasang sayap

seekor serangga berwajah manusia

tubuhnya disuluh neon malap

di perhentian sunyi itu

mata tajam menghunjam

ke terowong malam

janji yang terkurung dalam balang

digenggam erat tangan-tangannya

nanti setiba di apartmen

ia akan dibingkaikan

sebagai ingatan tentang kekalahan

tentang telingkah yang menyemburkan

pekat merah dari lidah berdarah.

Itu malam tahun baharu

langit bagai berperang

bunga api mengembang

bunyi mengoyak sunyi

sayap cuba direntangkan

tetapi masih saja kebasahan

sang serangga belum dapat pulang

datang gulungan angin berulang

melenyapkan pengharapan

dia masih di situ.

Menjelang jam tiga

seseorang singgah di perhentian itu

menyerahkan sekuntum mawar putih

sari racun mengeluwap ke udara

bercampuran dengan aroma hujan

dia jatuh tersungkur

janji di genggaman melebur

latar malam semakin hitam

tubuhnya dililit kepompong.

Terbungkus bungkam

diam – kota dihurung debu sepi

ketika hujan mulai berhenti.

Keesokannya

sewaktu kudup duha mekar

seekor beluncas gesit merayap

di sela rumput keramaian

menuju ke dahan lain.

A’riff Mustaffa Hamzah

Sentul