BUDAYA

Penantian (Puisi Covid-19)

23 Mei 2020, 6:46 PM
Penantian (Puisi Covid-19)

Pagi ini pipinya basah lagi. Melankoli.

Padang rezekinya telah menjadi tanah larangan

wabak sedang memamah nyawa

di setiap inci negeri.

Bayangan maut tiba-tiba muncul

mengacah-acah sehingga dia tersedar

cangkulnya masih di genggaman

lalu dia mengais-ngais tanah

di belakang rumah. Dia menanti

benih harapan yang ditabur baja usaha

berbuah mewah. Batinnya menjerit

“Bilakah bencana ini akan berakhir?”

bayangan maut tidak lagi menggerunkan

ketakutannya ditenggelami bunyi keroncong

dari perut anak dan isteri.

Isterinya di rumah sedang menunggu

suami pulang membawa mimpi

seperti mimpi malam tadi –

tong beras melimpah-limpah,

bekas gula dan garam sarat,

dapurnya berbau aneka menu.

Penantiannya kucar tatkala terbayang

wajah-wajah polos yang masih nyenyak

dia pantas mencari-cari lebihan semalam

untuk diadun menjadi sarapan

sebelum dia mendengar, “Ibu, kami lapar.”

 

Marini Azahri