(i)
musim yang kau tinggalkan untuk aku;- kesunyian dalam ingatan
aku meminjam kejujuran untuk kaki ini
terus melangkah di lorong-lorong puisi mereka yang tak bernama
(ii)
jantung yang berhenti pada gemuruh;- langit mengandungi upacara/ pertanyaan/
bekas-bekas ingatan yang mana terlebih dahulu/ mengigilkan sulbi dalam ributan-
luka yang menyentuh kehidupan/ memeras darah/ menjadi titis-titis korban/& /
melaju menembusi rongga-rongga tubuh/ liat merah dan rusuk-rusuk/ terpatah/
terpecah/ sebagai janji/ kesaksian/ menelan rohih/ pawana meliar tari tengkujuh/
(iii)
seratus hari ialah sesaat yang nokturnal;- kekosongan tanpa nama-nama sesuci-Nya
& jika aku lelaki seperti Adam, kuhidupkan dengan hawamu, dongeng bunga musim
dari khuldi yang terlarang, dihujung setiap tangis dan sunyi bintang-bintang ramalan
akan kuhabisi mimpi kelahiran, sebelum kebohongan-kebohongan menjual dosa-itu
dengan harga rindu yang tidak lagi setubuh, atau jiwa yang tak lagi punya kelelakian
kuberikan nama untuk kebinatanganku, penagih kesepian yang telah dibunuh cumbu
/pertama/di dadaku/ membakar halal syurga-syurga itu/ kedua/ di remuk rasa itu/
menenggelam / dan yang tak sempat kau manterakan/ bisa candu /:/ keiblisanku/.
membaca nama-nama tengkujuh
kita tak lagi membaca cuaca musim ini sebagai tengkujuh
melainkan rindu yang berubah-ubah
menyentuh tubuh
dengan belaian paling diizinkan
untuk menyawakan ingatan dengan nama-nama lain; – mabuk/ beku/ kebasahan
sereguk hidup telah dihabiskan/ ditelan/ dan diaminkan kepulangannya
kepada kekerdilan yang menjadikannya ciptaan/ katanya langit terlalu berat
dengan segala macam dosa/ kegelapan/ dan hitungan neraca
bukankah tengkujuh juga peringatan yang nyata?
angin membawa hujan lalu menghidupkan negeri tandus
dibangkitkan darinya tumbuhan melata
dan Dialah yang mendatangkan azab ke lembah-lembah hina
bukankah tengkujuh juga telah banyak tandanya?
tetapi Tuhan dibiarkan mati
tak didegupipun oleh sekeping hati
dan sekeping hati dibiarkan sunyi dengan duniawi
musim ini, riuh-riuhannya
telah memekakkan telinga-telinga manusia dengan lagu-lagu kebatilan.
Isa & Maryam
kami menunggu kelahiranmu
seperti zaitun yang memunculkan tunas
dalam mazmur tengkujuh
kami nyanyikan kepada Tuhan, nama-nama-Nya
dan kegembiraan Maryam, dan kegembiraan burung-burung
yang menyampaikan pesan keseluruh penghuni
langit yang menggugurkan Isa
dan bumi yang menyambut ketibaannya
lilin-lilin dinyalakan
puisi-puisi ditandakan kenabiannya
dan anggur-anggur disajikan sebagai minuman
tidak lagi kami haus pada kepalsuan
sebuah cerita yang direka-reka, ketika ibumu dituduh berzina
dan pada cahaya-cahaya yang mengiringi tangisanmu
Isa, telah kami hidupkan api-api kecil
agar tiap gereja Yerusalem mengetahui mukjizat ini
dan Tuhan menyinggahi tiap-tiap mereka
yang beriman pada kemustahilan-Nya, kesaksian yang nyata.
Angelo Taj




