ad

Melipat Kapal Doa

15 Nov 2025, 7:07 PM
Melipat Kapal Doa

'yang,

selepas puas berwaswas, izinkah? kupergi, biar susuli waspada na atau yb kaujaga cahaya bernyala di kampung jangan terpadam, sementara mereda gelegak ombak memarak dalam dada mentua.

ketika aku belajar membaca punca di penghujung batu nautika, serupa mencari cara (tak cukup) sekali dapat kapal bergiliran jadi tongkat, tapi siapa? antara kita (seakan-akan) bermukjizatkan keberanian: kenabian musa berbenteng laut mengugut akal pengecut.

kautahu? kelmarin, kucemburu mencium dedaun kesum, kalau terluka pun menjadi laksa, maka, pada usia sekarang, cita-citaku cukuplah jadi seorang jalan telentang menegang luruuus ke depan,

ke rumah pertama! dan demi kalau buih-buih dosa tersisa menyelaput mata hingga tak nampak walau satu antara lapan pintu ada di mana?

satu (lagi) doa kuorigamikan berbentuk pesawat/ bahkan lebih murni ialah kapal-kapal laut sarat manfaat sesekali lupai darat—atau paling tepat, kujalur-jalurkan sebelum bebenih lucky star dicahayai jernih tabung penampung para doa terapung-apung.

(tapi andai kita belum sampai ke ruang bercinta lagak ss mabuk kekasih bergincu anggur, semoga kita berjumpa di sana ketika usia melega pada tangga tiga puluh tiga.)

'yang, aku memang akan pulang kepada kita: sempurna sepasang cinta—atau cukup sebagai nama—sebelum terbakar punah sepelepah pokok kurma.

rindu paling jenuh.

Fadhilah Ad Deen